(0721) 8030188    pusat@itera.ac.id   

Perancangan Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Wellen Vom Himmel Berdasarkan Isu Diskriminasi dan Edukasi Terhadap Disabilitas: Dengan Konsep Edukasi dan Rekreasi


Proyek Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) Wellen Vom Himmel yang namanya diambil dari bahasa Jerman yang merupakan negara nomor 1 ramah disabilitas sedunia, arti dari nama tersebut adalah gelombang dari surga, yang memiliki filosofi berupa Wellen yang berarti gelombang, dapat diartikan sebagai radar atau deteksi keberadaan dan juga hubungan yang berasal dari Himmel atau surga, dalam artian suatu tempat yang indah dan harmonis sehingga diharapkan proyek ini dapat menjadi potongan dari surga untuk anak-anak disabilitas. Proyek ini sendiri diambil berdasarkan respons dari isu disabilitas yang terjadi di Indonesia, sebab anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) yang tidak mendapat kebutuhan yang setara dengan anak-anak normal lainnya, karena ABK masih sulit mendapat akses pendidikan, dan kerap kali dirundung serta tercap buruk di masyarakat, oleh sebab itu adanya proyek ini diharapkan tidak hanya dapat mengedukasi ABK namun juga masyarakat terhadap ABK. Proyek ini sendiri dibangun di atas tanah datar berukuran 3,1 Ha dengan kontur datar. Berlokasi di JL. S.H Sarundajang, Bitung, Sulawesi Utara, yang akan dibangun fasilitas pendidikan khusus Sekolah Luar Biasa (SLB) bertipe A (Netra), B (Rungu), C (Grahita), D (Daksa & Daksa lanjut) dengan fasilitas penunjang berupa fasos taman disabilitas yang dapat diakses oleh masyarakat. Sekolah yang dirancang pada kawasan ini bertipe kluster yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap ketunaan dengan total 4 massa bangunan yang saling terhubung satu sama lain, dengan 2 bangunan memiliki 2 lantai dan sisanya memiliki 1 lantai, yang luas total keseluruhan lantai terbangun 6.742 M2 dan selebihnya akan dijadikan lahan hijau dan fasos. Dengan konsep edukasi dan rekreasi di mana akan terdapat area hijau berupa fasos yang dapat menjadi tempat rekreasi yang digabungkan dengan kompleks sekolah disabilitas, sehingga masyarakat dapat menggunakan fasos tersebut untuk bersosialisasi dan dapat mengenal lebih banyak tentang disabilitas, sehingga diharapkan dapat mengedukasi masyarakat secara pasif. Dengan pendekatan yang dilakukan dalam proses desain merupakan pendekatan berdasarkan kebutuhan sehingga desain dapat memenuhi kebutuhan yang dimiliki tiap ketunaan dengan tema Facilities for Humanity yang mana desain dirancang untuk memanusiakan manusia tidak terkecuali masyarakat disabilitas.

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2406120092

Keyword
Sekolah Luar Biasa Sekolah Menengah Luar Biasa Disabilitas Diskriminasi Edukasi Edukasi dan Rekreasi