(0721) 8030188    [email protected]   

Studi Pengaruh Kenaikan Muka Air Laut, Temperatur, dan Kelembapan Terhadap Perubahan Garis Pantai dan Dampaknya Pada Pariwisata di Bagian Barat Provinsi Banten


Perubahan garis pantai merupakan proses dinamis yang dipengaruhi faktor alami dan aktivitas manusia. Penelitian ini menganalisis perubahan garis pantai di wilayah barat Provinsi Banten selama 1988–2024 serta meninjau pengaruh iklim (suhu, kelembapan, dan kenaikan muka laut) terhadap perubahan garis pantai dan kaitannya dengan pariwisata. Data diperoleh dari citra Landsat dengan tiga indeks air, yaitu NDWI, MNDWI, dan AWEI yang dipadukan dengan metode Otsu thresholding untuk ekstraksi batas darat-air. Analisis perubahan dilakukan menggunakan Digital Shoreline Analysis System (DSAS) dengan dua pendekatan, yaitu Net Shoreline Movement (NSM) untuk menghitung perpindahan garis pantai total, serta End Point Rate (EPR) untuk mengetahui laju perubahan tahunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akresi tertinggi berdasarkan NDWI terjadi di Desa Caringin (91,121 m), untuk MNDWI di Desa Cigondang (126,799 m), dan AWEI di Desa Sidamukti (75,455 m). Sementara abrasi tertinggi untuk NDWI ditemukan di Desa Cigondang (159,360 m), untuk MNDWI di Desa Tanjung Jaya (63,081 m), dan AWEI juga di Desa Tanjung Jaya (105,866 m). Secara umum, wilayah studi lebih banyak mengalami akresi dibanding abrasi. Analisis regresi linier menunjukkan kelembapan sebagai faktor iklim paling berpengaruh dengan p-value <0.05 terhadap perubahan garis pantai. Survei masyarakat, pengelola, dan wisatawan menegaskan bahwa abrasi berdampak pada estetika dan kenyamanan wisata pantai. Studi ini membuktikan penginderaan jauh efektif untuk memantau dinamika garis pantai dan penting bagi pengelolaan pesisir berkelanjutan.

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2509170110

Keyword
Abrasi Akresi perubahan iklim pariwisata. pariwisata. Garis Pantai