(0721) 8030188    [email protected]   

Pengaruh Kinerja Fuse Terhadap Reliability, dan Availability Sistem Persinyalan LRT Sumatera Selatan Dengan Metode FMEA


Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh kinerja fuse terhadap reliability dan availability sistem persinyalan LRT Sumatera Selatan dengan menggunakan metode FMEA (Failure Mode Effect Analysis). Fuse diposisikan sebagai komponen vital dalam sistem persinyalan karena berfungsi sebagai pelindung rangkaian listrik. Putusnya fuse pada Module ACM (Automatic Control Module) (Automatic Control Module) diketahui dapat mengganggu operasional sistem persinyalan. Kondisi tersebut disebabkan oleh arus berlebih maupun penuaan material atau masa pakai. Data penelitian diperoleh melalui observasi lapangan, kuesioner, dan dokumentasi teknis. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai reliability sebesar 99,97% telah diperoleh, yang dikategorikan baik menurut standar Eropa (EN50126, 1999). Nilai availability sebesar 99,99% juga diperoleh, yang termasuk kategori sangat baik berdasarkan penelitian (Nadal, 2014). Temuan tersebut membuktikan bahwa kinerja fuse yang optimal memberikan pengaruh signifikan terhadap reliability dan availability sistem persinyalan. Melalui analisis FMEA dengan tiga parameter, diperoleh nilai severity sebesar 3,70, occurrence sebesar 2,97, dan detection sebesar 3,33, yang menghasilkan nilai RPN (Risk Priority Number) sebesar 36,59. Nilai ini dikategorikan sebagai risiko rendah, namun tetap perlu diperhatikan. Oleh karena itu, untuk memitigasi potensi putusnya fuse agar reliability dan availability tetap terjaga atau meningkat, arus optimal fuse yang paling tepat berdasarkan perhitungan teknis dengan mempertimbangkan safety factor (SF) adalah sebesar 0,625 A.

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2509150077

Keyword
Fuse Persinyalan Reliability Availability FMEA