(0721) 8030188    [email protected]   

ANALISIS TINGKAT KEKERINGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE STANDARDIZED PRECIPITATION EVAPOTRANSPIRATION INDEX (SPEI) DI PULAU SUMATERA


Kekeringan merupakan salah satu bencana hidrometeorologi yang berdampak luas dan terjadi secara perlahan, sehingga sering luput dari perhatian. Oleh karena itu, diperlukan sistem pemantauan yang mampu menggambarkan kondisi kekeringan secara komprehensif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara spasial indeks kekeringan di Pulau Sumatera menggunakan metode Standardized Precipitation Evapotranspiration Index (SPEI) resolusi temporal bulanan. Wilayah kajian dalam penelitian ini adalah Pulau Sumatera, dan data yang digunakan adalah data bulanan curah hujan periode 1991–2020 yang diunduh dari National Aeronautics and Space Administration Prediction of Worldwide Energy Resources (NASA POWER). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola curah hujan di Pulau Sumatera terbagi menjadi dua, yaitu pola ekuatorial dan pola monsunal. Dari 115 titik sampel yang digunakan, 74 titik berada di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau. Wilayah ini menunjukkan pola curah hujan ekuatorial dengan dua puncak curah hujan tertinggi pada bulan November (350 mm/bulan) dan April (230 mm/bulan), serta curah hujan terendah pada bulan Juni (166 mm/bulan). Sementara itu, 41 titik sampel tersebar di wilayah Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, dan Kepulauan Bangka Belitung. Wilayah ini memiliki pola hujan monsunal dengan curah hujan tertinggi pada bulan Desember (269 mm/bulan) dan terendah pada bulan Agustus (84 mm/bulan). Tipe iklim di Pulau Sumatera berdasarkan klasifikasi Schmidt–Ferguson menunjukkan bahwa sebagian besar wilayah memiliki tipe iklim A (sangat basah), dan beberapa wilayah lainnya termasuk tipe B (basah) dan tipe C (agak basah). Hasil analisis spasial indeks SPEI menunjukkan tingkat kekeringan tertinggi terjadi pada bulan Mei 2015 di wilayah Sumatera Selatan, Bengkulu, dan Lampung. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan pula ketidaksesuaian antara nilai curah hujan dan indeks SPEI pada beberapa bulan di wilayah tertentu, yang menunjukkan bahwa curah hujan rendah tidak selalu disertai dengan nilai SPEI yang mengindikasikan kekeringan.

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2508260064

Keyword