DESAIN MOORING BUOY SEBAGAI ALAT PERINGATAN DINI BENCANA TSUNAMI DI PERAIRAN WAY MULI, LAMPUNG SELATAN
Indonesia berada di kawasan cincin api pasifik yang mengakibatkan rentan akan bencana alam salah satunya tsunami. Selat sunda menjadi daerah yang terdampak tsunami pada 2018 dan menelan ratusan korban jiwa. Faktor penyebab banyaknya korban adalah minimnya alat pendeteksi bencana di pesisir seperti buoy. Pada penelitian ini penulis mendesain sistem mooring pada buoy untuk mengetahui tipe mooring yang tepat dan respon gerak buoy untuk memaksimalkan fungsi buoy di perairan Way Muli, Lampung Selatan. Analisis dilakukan dengan membandingkan dua tipe mooring (wire rope dan polyester) menggunakan software Maxsurf dan Ansys AQWA dengan periode ulang 100 tahunan. Berdasarkan analisis terhadap respons pergerakan struktur dengan mooring line sebanyak 4 buah, didapatkan nilai Response Amplitude Operator (RAO) tertinggi untuk gerakan translasi yaitu surge dengan arah rambatan gelombang 0° dan 180°, yang mencapai 3,328 m/m. Sementara itu, nilai RAO tertinggi untuk gerakan rotasi yaitu pitch di arah rambatan gelombang 0° dan 180°, dengan nilai 156,65 deg/m. Mooring bertipe wire rope kondisi operasi sebesar 2,548 kN dan kondisi badai sebesar 3,077 kN. Untuk tipe polyester berdiameter 14 mm memiliki nilai tension kondisi operasi sebesar 2,615 kN dan kondisi badai 3,385 kN. Sedangkan untuk tipe polyester berdiameter 8 mm memiliki nilai tension kondisi operasi sebesar 4,489 kN dan kondisi badai 5,449 kN.
URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2508200002
Keyword
Buoy, Mooring, Tsunami, Tension.