GEOLOGI DAN PETROTEKTONIK BASAL DAERAH TANJUNG BINTANG DAN SEKITARNYA, LAMPUNG SELATAN
Wilayah Lampung secara geologis terletak di kawasan yang sangat dinamis, karena berada dekat dengan batas pertemuan dua lempeng tektonik besar, yaitu Lempeng Hindia-Australia dan Lempeng Eurasia, dalam konteks regionalnya dikenal sebagai bagian dari Benua Sundaland. Di kawasan ini, Lempeng Indo-Australia bergerak menunjam ke bawah Lempeng Eurasia melalui proses yang dikenal sebagai subduksi. Gerakan menunjam ini bukan hanya sekadar pergeseran lapisan bumi, tetapi juga memicu berbagai proses geologis kompleks di bawah permukaan, salah satunya adalah magmatisme. Magmatisme yang terjadi akibat interaksi lempeng ini menghasilkan pencairan sebagian material mantel bumi yang kemudian naik ke permukaan dalam bentuk magma. Ketika magma tersebut mencapai permukaan dan mendingin, ia membentuk berbagai jenis batuan beku. Batuan beku yang ditemukan dari proses magmatisme adalah batuan basaltik berumur Oligosen – Miosen, tepatnya ditemukan di daerah Tanjung Bintang, Lampung Selatan. Penemuan ini juga memberi kontribusi besar terhadap pemahaman kita tentang evolusi tektonik Sumatra. Aktivitas vulkanik yang terekam dalam batuan dari periode tersebut sangat erat kaitannya dengan proses subduksi dan pergerakan lempeng bumi yang berlangsung secara aktif selama puluhan juta tahun. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kondisi geomorfologi, mengidentifikasi stratigrafi, struktur geologi, menentukan afinitas batuan, dan merekonstruksi genesa/sejarah geologi. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan metode analisis petrologi, petrografi, dan geokimia. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa daerah penelitian memiliki ciri geomorfologi berupa dataran struktural, dataran bergelombang denudasional, dan perbukitan memanjang struktural. Litologi yang ditemukan pada daerah penelitian yaitu granodiorit, tuf, monzogranit, basal, andesit, riolit dan endapan aluvium. Struktur khusus yang ditemukan pada batuan basal dan diabas berupa porfiritik, sieve, intergranular, dan zoning. Dari hasil geokimia, untuk afinitas batuan termasuk dalam calc-alkaline series dan high calc-alkaline series, serta tatanan tektonik termasuk dalam shoshonitik basalt dan calc-alkalin basalt & island arc tholeiite. Proses pembentukan basal dipengaruhi oleh aktivitas subduksi atau lingkungan tektonik busur kepulauan yang didukung dari hasil geokimia unsur TiO₂ yang rendah, yang menunjukkan magma berasal dari subduksi atau kolisi. Aktivitas tektonik yang terjadi menyebabkan naiknya magma melalui rekahan atau zona lemah yang akhirnya mengintrusi batuan yang ada yang ada di atasnya, sehingga basal dan diabas terbentuk secara intrusi yang disebandingkan dengan Formasi Hulusimpang.
URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2508120060
Keyword
Basal geokimia petrografi petrotektonik