Identifikasi dan Karakteristik Endapan Paleotsunami Menggunakan Studi Sedimentologi, Paleontologi, dan Geokimia Pada Daerah Muara Bangka Hulu, Bengkulu
Wilayah Bengkulu terletak di pantai barat Pulau Sumatra dan berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, yang merupakan zona pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Pergerakan kedua lempeng ini dapat memicu terjadinya gempa bumi yang berpotensi menimbulkan tsunami. Bengkulu tercatat pernah mengalami peristiwa tsunami pada tahun 1797 dan 1833. Namun, hingga kini, studi mengenai sejarah dan jejak paleotsunami di wilayah ini masih sangat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan memahami jejak paleotsunami di daerah Bengkulu melalui pendekatan studi sedimentologi, paleontologi, dan geokimia. Studi sedimentologi dilakukan dengan metode granulometri untuk mengetahui karakteristik butir sedimen yang berkaitan dengan peristiwa tsunami. Pendekatan paleontologi menggunakan analisis mikrofauna bertujuan untuk mengidentifikasi mikroorganisme laut yang terbawa tsunami ke daratan. Sementara itu, pendekatan geokimia menggunakan metode X-Ray Fluorescence (XRF) untuk mendeteksi unsur-unsur kimia tertentu yang berasosiasi dengan sedimen tsunami, serta metode Loss on Ignition (LOI) untuk menentukan kandungan karbon dan karbonat dalam sedimen. Pada sampel BD-16 yang diambil di daerah Muara Bangka Hulu dengan metode bor tangan sedalam 400 cm, ditemukan indikasi endapan paleotsunami pada lapisan D pada kedalaman 357-362 cm dan 388–392 cm. Kedua lapisan ini memiliki ketebalan masing-masing 5 cm dan menunjukkan karakteristik yang serupa. Lapisan D tampak berbeda secara megaskopis dibandingkan lapisan lain, dengan warna yang lebih terang dan komposisi material berupa pasir. Hasil analisis granulometri menunjukkan ukuran butir berupa very fine sand hingga coarse silt, serta terdapat lapisan mudcap di atasnya. Analisis XRF menunjukkan kandungan unsur kalsium (Ca) dan stronsium (Sr) yang tinggi, sementara hasil LOI menunjukkan kandungan karbon yang rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa lapisan tersebut kemungkinan berasal dari lingkungan laut dengan pengaruh karbonat yang tinggi. Lapisan ini tidak mengandung foraminifera, yang diduga disebabkan oleh lingkungan pengendapan yang bersifat asam, sehingga menyebabkan pelarutan cangkang foraminifera.
URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2505210009
Keyword
Paleotsunami Bengkulu Granulometri Sedimen X-Ray Fluorescence