EVALUASI KAPASITAS KOLAM PENGENDAPAN LUMPUR (KPL 7) UNTUK MENDUKUNG SISTEM PENYALIRAN TAMBANG BATUBARA PADA AREA PIT 4 PT DIZAMATRA POWERINDO KABUPATEN LAHAT
Masuknya air dengan debit tinggi ke dalam Kolam Pengendapan Lumpur (KPL) dapat menyebabkan beberapa masalah, seperti meluapnya air
dari kolam dan pendangkalan yang meningkatkan frekuensi pengurasan. Jika masalah ini tidak segera ditangani, air yang meluap bisa mengganggu operasi penambangan, bahkan dapat menghambat produksi batubara karena air tersebut dapat mencapai pit yang berada di bawahnya. Oleh karena itu, penting untuk memastikan kapasitas KPL cukup untuk menampung air yang masuk. Penelitian ini bertujuan untuk merancang KPL 7 yang sesuai dengan debit air yang masuk, menghitung biaya pembuatan, serta membandingkan frekuensi pengurasan lumpur antara KPL 7 eksisting dan setelah dilakukan pelebaran, serta menghitung biaya pengurasannya. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan analisis data curah hujan dari tahun 2014 hingga 2023. Nilai curah hujan dianalisis dengan distribusi Log Pearson Type III yang sudah lolos
uji kesesuaian. Hasilnya, kapasitas KPL 7 eksisting adalah 22.145,58 m³,
sedangkan menurut KEPMEN ESDM 1827.K/30/MEM/2018, kapasitas KPL
harus lebih besar 1,25 kali dari debit air yang masuk. Debit air yang masuk ke
KPL 7 adalah 74.429,73 m³, sehingga perlu dilakukan pelebaran hingga
kapasitas KPL mencapai 81.976,43 m³ dengan biaya pelebaran sebesar Rp
2.120.712.793,85. Frekuensi pengurasan pada KPL 7 eksisting adalah 6 kali per
tahun, namun setelah pelebaran, hanya diperlukan pengurasan 2 kali pada
kompartemen A dan 1 kali pada kompartemen B, dengan total biaya pengurasan sebesar Rp 656.347.537,59 per tahun.
URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2501310004
Keyword
Kolam Pengendapan Lumpur (KPL) Distribusi Log Pearson Type III kapasitas KPL frekuensi pengurasan