(0721) 8030188    [email protected]   

Pengaruh Proses Pemaparan Gas CO2 Pada Beton Daur Ulang Sebagai Substitusi Agregat Halus Dalam Pembuatan Mortar Geopolimer


Peningkatan kebutuhan semen portland yang disebabkan oleh tingginya pembangunan dan pembongkaran di Indonesia selama beberapa tahun terakhir mengakibatkan masalah krusial pada lingkungan, seperti penumpukan limbah beton yang tidak diolah dengan baik dan peningkatan konsentrasi CO2 pada atmosfer bumi akibat produksi semen portland. Beberapa penelitian telah mengkaji solusi dari permasalahan tersebut untuk mengurangi dampak buruk bagi lingkungan dengan meolah kembali limbah beton dan gas CO2 yang melimpah. Penelitian sebelumnya mengkaji pemanfaatan gas CO2 untuk meningkatkan kualitas beton daur ulang sebagai substitusi agregat pada beton geopolimer sehingga terjadi proses karbonasi dengan variasi waktu sehingga menghasilkan tingkat penyerapan yang juga beragam. Penelitian ini mengevaluasi efektivitas proses karbonasi dalam meningkatkan sifat fisik dan mekanik beton daur ulang yang digunakan sebagai substitusi agregat halus pada mortar geopolimer. Proses karbonasi dilakukan dengan memaparkan beton daur ulang pada gas CO2 selama satu jam, serta penggunaan analisis SEM, Mikroskop Optik, XRF, dan XRD dalam pengamatan perubahan karakteristik yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan karbonasi berhasil meningkatkan kuat tekan mortar geopolimer. Mekanisme peningkatan kuat tekan ini diduga akibat reaksi karbonasi yang menghasilkan kalsium karbonat (CaCO₃). Kalsium karbonat yang terbentuk mengisi pori-pori dan retakan pada beton daur ulang, sehingga meningkatkan kekompakan dan kekuatan ikatan antar partikel dalam mortar. Hal ini terbukti dari peningkatan kuat tekan rata-rata mortar geopolimer yang menggunakan agregat halus hasil karbonasi (carbonated recycle aggregate, CRA) sebesar 5,25 MPa, dibandingkan dengan mortar yang menggunakan agregat halus daur ulang tanpa perlakuan (recycle aggregate, RA) sebesar 4,36 MPa. Meskipun demikian, kuat tekan mortar geopolimer yang menggunakan CRA masih lebih rendah dibandingkan dengan mortar yang menggunakan agregat alami (12,91 MPa). Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain tingkat penyerapan CO₂ yang relatif rendah (5,4%) pada beton daur ulang dan presentase CaO yang tinggi pada RA dan CRA jika dibandingkan dengan agregat halus alami yang dapat menghambat proses polimerisasi selama pencampuran material. Hasil penelitian ini menunjukkan potensi besar dari proses karbonasi dalam meningkatkan nilai tambah beton daur ulang sebagai bahan konstruksi. Dengan optimasi pada parameter proses karbonasi, seperti durasi pemaparan CO₂ dan jenis abu terbang, diharapkan dapat diperoleh mortar geopolimer dengan kinerja yang lebih baik dan berkelanjutan.

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2410010067

Keyword
beton daur ulang mortar geopolimer kuat tekan karbonasi