(0721) 8030188    [email protected]   

Studi Kondisi Antariksa di Orbit Satelit LAPAN-A1, A2, dan A3 Menjelang Puncak Aktivitas Matahari Siklus 25 Menggunakan Simulasi SPENVIS


Cuaca antariksa sangat dipengaruhi oleh aktivitas Matahari, terutama dalam siklus Matahari yang berlangsung selama 11 tahun. Puncak siklus Matahari ke 25 diperkirakan terjadi pada tahun 2024-2025. Energi yang dipancarkan oleh Matahari berupa radiasi elektromagnetik dan partikel bermuatan yang dapat mempengaruhi orbit dan operasional satelit, khususnya satelit orbit rendah. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan kerapatan atmosfer di atas Bumi. Penelitian ini bertujuan memahami kondisi cuaca antariksa dengan menggunakan simulasi SPENVIS (Space Environment Information System) dengan memodelkan orbit satelit LAPAN-A1, A2, dan A3 menjelang puncak aktivitas Matahari siklus 25 untuk melihat seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari badai geomagnetik dan efek partikel bermuatan terperangkap seperti proton dan elektron terhadap orbit satelit. Hasil simulasi SPENVIS dianalisis dengan data geomagnet menggunakan indeks Kp dan indeks Dst yang diambil dari Januari 2023 hingga Mei 2024 dengan meninjau waktu saat terjadinya badai kuat dan saat tidak terjadinya badai. Hasilnya terjadi beberapa kali badai kuat mencapai skala G4 (severe geomagnetic storm) pada bulan Mei 2024 yang menyebabkan terjadinya fenomena aurora borealis paling terang dan terluas yang terlihat dalam lebih dari dua dekade. Dari ketiga satelit yang digunakan pada simulasi SPENVIS didapatkan bahwa satelit LAPAN-A1 dan A3 mengalami anomali yang lebih besar karena memiliki orbit polar dibandingkan dengan satelit LAPAN-A2 yang memiliki orbit ekuatorial.

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2409200140

Keyword
aktivitas Matahari siklus 25 badai geomagnetik cuaca antariksa SPENVIS fluks partikel terperangkap