Analisis Kemampuan Model WRFDA 3DVar Dalam Mendeteksi Kejadian Hujan Es di Wilayah Kemiling Bandar Lampung (Studi Kasus: 19 September 2022)
Pada tanggal 19 September 2022 terjadi fenomena hujan es di wilayah Kemiling
Bandar Lampung, Provinsi Lampung. Fenomena tersebut tidak pernah terjadi pada
wilayah Kemiling Bandar Lampung dikarenakan wilayah tersebut beriklim Tropis.
Hujan es adalah salah satu bentuk presipitasi yang jatuh mencapai permukaan Bumi
berupa bongkahan es. Berdasarkan fenomena ini, maka tujuan penelitian ini adalah
untuk mengidentifikasi kejadian hujan es pada wilayah Kemiling Bandar Lampung
menggunakan model WRF. Metode WRF yang kan digunakan ialah WRFDA 3d-Var
dan model WRF-ARW, hasil model tersebut diverifikasi dan dibandingkan dengan data
AWS BMKG Pesawaran, AWS BMKG Maritim Panjang, AWS UPT MKG ITERA,
citra radar, dan Himawari-8. Untuk mengetahui taraf kesalahan dan validasi hasil
numerik model WRF, digunakan analisis statistik berupa korelasi dan Root Mean
Square Error (RMSE). Dari hasil penelitian didapati bahwa luaran model WRFDA 3D
VAR lebih baik dibanding dengan model WRF-ARW dengan skema model paling baik
adalah model WRFDA 3D-VAR menggunakan radiance satellite MHS. Hasil
verifikasi model MHS paling baik diperoleh dengan menggunakan data AWS BMKG
Pesawaran dengan nilai korelasi untuk kelembapan sebesar 0,823 dan temperatur
0,806. Sedangkan, nilai RMSE model WRFDA 3D-VAR data MHS untuk parameter
kelembapan dan temperatur yaitu masing-masing sebesar 11,801 dan 1,973. Untuk
verifikasi kejadian hujan, secara umum hasil model MHS dalam memprediksi kejadian
hujan cukup baik. Hal itu ditunjukkan dengan nilai akurasi berada pada rentang 0,545
hingga 0,934, nilai POD berada pada rentang 0 hingga 1, bias pada rentang 0,154
hingga 9, FAR pada rentang 0,4 hingga 1, dan CSI pada rentang 0 hingga 0,111. Pada
saat kejadian hujan es, nilai suhu puncak awan yang berasal dari data Himawari-8
berada pada suhu rendah sebesar -75˚C. Dari citra radar menunjukan pada kejadian,
nilai reflektivitas berada pada 48 dBz atau sekitar 36,46 mm/jam. Hal ini menunjukan
bahwa terdapat awan konvektif yang tebal pada saat kejadian hujan es.
URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2401250010
Keyword