(0721) 8030188    pusat@itera.ac.id   

PERENCANAAN BANGUNAN PANTAI BREAKWATER (STUDI KASUS : PANTAI WIDARAPAYUNG, KAB. CILACAP, PROV. JAWA TENGAH)


Pada tanggal 31 Agustus 2022 pihak Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) mengabarkan bahwa gelombang pasang telah menerjang pantai wisata yang ada di daerah Cilacap yang mengakibatkan rusaknya bangunan bangunan yang ada di pantai-pantai wisata yang ada di sana. Untuk melakukan antisipasi terhadap gelombang yang datang pada perairan Cilacap khususnya Pantai Widarapayung, pembangunan bangunan pengaman pantai Breakwater dapat menjadi solusi. Parameter penting yang menjadi urgensi dalam perencanaan bangunan pantai breakwater di Pantai Widarapayung ini adalah hasil dari analisis hindcasting gelombang yang menghasilkan tinggi gelombang signifikan, pasang tertinggi saat bulan mati atau higher high water level, koefisien refraksi dan pendangkalan untuk transformasi gelombang pada kedalaman di perairan dangkal, wave set-up, serta sea level rise. Pengolahan data tinggi gelombang signifikan dan periode gelombang signifikan dilakukan menggunakan distribusi probabilitas Fisher Tippet Type 1 untuk mendapatkan tinggi dan periode gelombang signifikan dengan kala ulang 50 tahun dengan Hsr sebesar 1,41 meter dan Tr sebesar 6,73 detik. Gelombang yang berjalan menjalar menuju perairan yang lebih dangkal akan mengalami transformasi refraksi sebesar 0,99 dan mengalami pendangkalan sebesar 0,93 pada kedalaman 5 meter sehingga terjadi gelombang deformasi sebesar 1,09 meter. Melalui metode Admiralty, data pasang surut menghasilkan Mean Sea Level (MSL) sebesar 1,56 meter sebagai titik datum elevasi 0. Tinggi tertinggi air laut (HHWL) dari MSL adalah 1,22 meter. Kenaikan permukaan air laut akibat gelombang (Wave Set-Up) mencapai 0,15 meter disebabkan oleh gelombang setinggi 1,45 meter, serta dengan kenaikan level air laut (Sea Level Rise) sebesar 1,15 meter. Berdasarkan ketiga data tersebut didapatkan Design Water Level sebesar 2,52 meter. Perencanaan elevasi bangunan dilakukan dengan cara menentukan besar rambatan gelombang run-up sesuai dengan jenis lapis lindung yang digunakan sehingga didapatkan elevasi bangunan untuk jenis lapis lindung batu boulder sebesar 4,30 meter dan untuk tetrapod sebesar 3,90 meter. Perbedaan elevasi puncak pada kedua jenis lapis lindung dipengaruhi oleh besar rambatan gelombang run-up pada bangunan yang berbeda yaitu untuk batu boulder sebesar 1,53 meter dan untuk tetrapod sebesar 1,04 meter. Untuk volume bangunan breakwater pada jenis lapis lindung batu boulder memiliki volume bangunan sebesar 1334,81 m3 dan galiannya sebesar 82,66 m3 dan pada jenis lapis lindung tetrapod memiliki volume bangunan sebesar 1266,99 m3 dan galiannya sebesar 82,55 m3.

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2401230065

Keyword
Peramalan gelombang, pelindung pantai, breakwater,