(0721) 8030188    pusat@itera.ac.id   

Analisis Kestabilan Lereng Menggunakan Integrasi SIG dan Geologi Teknik di Daerah Way Krui dan Sekitarnya, Kabupaten Pesisir Barat, Provinsi Lampung


Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan dilanda berbagai jenis bencana alam. Salah satu bencana yang sering melanda wilayah Indonesia adalah tanah longsor. Salah satu wilayah yang sering dilanda bencana tanah longsor adalah Kabupaten Pesisir Barat. Secara geologi, Kabupaten Pesisir Barat memiliki morfografi berupa perbukitan bergelombang. Faktor lain seperti cuaca ekstrem dengan intesitas curah hujan yang cukup tinggi membuat daerah tersebut rawan bencana tanah longsor. Penelitian ini dilakukan untuk memetakan kawasan yang berpotensi mengalami bahaya tanah longsor di Kabupaten Pesisir Barat dan difokuskan untuk mengidentifikasi kestabilan lereng berdasarkan nilai faktor keamanan di Kecamatan Way Krui, Kabupaten Pesisir Barat. Analisis kestabilan lereng dilakukan dengan menggunakan intergrasi SIG dan geologi teknik. Integrasi SIG dilakukan dengan membuat peta bahaya tanah longsor Kabupaten Pesisir Barat mengacu pada Modul Teknis Penyusunan Kajian Risiko Bencana Tanah Longsor yang dikeluarkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana tahun 2019. Peta bahaya tanah longsor menjadi acuan dalam pengambilan data di lapangan sebagai validasi kemudian selanjutnya dilakukan uji laboratorium untuk mengetahui nilai kohesi dan sudut geser tanah. Berdasarkan hasil penelitian, Kabupaten Pesisir Barat memiliki tiga kelas bahaya tanah longsor yaitu kelas bahaya tinggi dominan berada di Kecamatan Lemong sebesar 10.124,82 Ha, kelas bahaya sedang dominan berada di Kecamatan Bengkunat sebesar 3.804,75 Ha, dan kelas bahaya rendah dominan berada di Kecamatan Bengkunat sebesar 87.814,8 Ha. Analisis kestabilan lereng difokuskan di Kecamatan Way Krui dengan membandingan dua kondisi yaitu kondisi jenuh air dan tidak jenuh air. Lereng tidak jenuh air memiliki nilai faktor keamanan yaitu pada WK 2.1 sebesar 1,65, WK 3.1 sebesar 1,55, WK 3.2 sebesar 1,545, dan WK 4.1 sebesar 1,699. Sedangkan lereng jenuh air memiliki nilai faktor keamanan yaitu pada WK 2.1 sebesar 1,277, WK 3.1 sebesar 1,108, WK 3.2 sebesar 1,214, dan WK 4.1 sebesar 1,331. Berdasarkan nilai faktor keamanan tersebut, kestabilan lereng di Kecamatan Way Krui pada kondisi tidak jenuh air relatif aman atau stabil, sedangkan pada kondisi jenuh air relatif tidak aman atau tidak stabil karena terjadi longsor dibuktikan dengan validasi di lapangan.

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2401220066

Keyword
Bahaya, longsor, kestabilan lereng, jenuh air