Provinsi Lampung memiliki batuan kompleks dan unik yang tersusun dari beberapa
formasi. Penelitian pada formasi Lampung khususnya Formasi Hulusimpang masih
sedikit yang meneliti. Penelitian ini dilakukan untuk menetukan fasies, asosiasi fasies
dan lingkungan pengendapan Formasi Hulusimpang. Penelitian analisis fasies
menggunakan data deskripsi lapangan, petrografi batuan dan penampang stratigrafi
terukur. Fasies batuan ditentukan berdasarkan adanya kesamaan karakteristik baik dari
warna, ukuran butir, struktur sedimen dan struktur biologi. Data analisis fasies diambil
dari Pekon Way Manak, Sukaagung, Sukamara Kabupaten Tanggamus, Formasi
Hulusimpang terdiri dari duapuluh satu fasies, yaitu Fasies tuf halus masif (F1), Fasies
tuf halus silangsiur (F2), Fasies tuf sedang masif (F3), Fasies tuf sedang laminasi (F4),
Fasies tuf sedang perlapisan (F5), Fasies tuf lapili perlapisan (F6), Fasies tuf lapili
masif (F7). Fasies batulempung laminasi (F8), Fasies batulanau laminasi (F9), Fasies
batulanau masif (F10), Fasies batulanau hitam masif (F11), Fasies batulanau hitam
laminasi (F12). Fasies batupasir halus masif (F13), Fasies batupasir halus laminasi
(F14), Fasies batupasir sedang tufaan masif (F15), Fasies batupasir sedang masif (F16),
Fasies batupasir sedang perlapisan (F17), Fasies batupasir kasar masif (F18). Fasies
batupasir konglomerat masif (F19), Fasies batupasir nodul gamping masif (F20),
Mudstone (F21). Fasies yang ditemukan dikelompokkan kedalam enam asosiasi fasies,
yaitu Asosiasi fasies distal (AF1) terdiri dari fasies tuf, yaitu F1, F2, F3, F4, F5, F6,
F7. Asosiasi fasies creverse splay (AF2) terdiri dari Fasies batulempung F8. Asosiasi
fasies levee (AF3) terdiri dari fasies batulanau F9 dan F10. Asosiasi fasies lakustrin
(AF4) terdiri dari fasies batulanau hitam, yaitu F11 dan F12. Asosiasi fasies channel
(AF5) terdiri dari fasies batupasir, yaitu F13, F14, F15, F16, F17, F18, F19, F20.
Asosiasi fasies laut dangkal (AF6) terdiri dari fasies mudstone, yaitu F21. Lingkungan
pengendapan Formasi Hulusimpang diperkirakan berada pada daerah lakustrin, fluvial
meandering, dan laut dangkal. Lingkungan pengendapan lakustrin dibuktikan dengan
ditemukannya lanau hitam pada daerah penelitian. Warna hitam pada batulanau berasal
dari material organik yang terawetkan pada lingkungan lakustrin. Keberadaan struktur
sedimen slump pada fasies batulanau hitam menandakan adanya longsoran yang terjadi
saat material sedimen belum terkonsilidasi dan membentuk kemiringan. Kemiringan
tersebut dipicu oleh adanya struktur geologi sesar yang membentuk cekungan.
Lingkungan pengendapan sungai meander diketahui berdasarkan karakteristik asosiasi
fasies levee dan creverse splay yang memliki ukuran butir pasir, menandakan
tertransportasi pada arus tenang. Pembentukan lingkungan laut dangkal pada daerah
penelitian diakibatkan oleh aktifnya sesar pada Sesar Semangko sehingga terjadi
rifting.
Kata kunci: Formasi Hulusimpang, fasies, asosiasi fasies, Lingkungan pengendapan.
URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2401110014
Keyword