(0721) 8030188    pusat@itera.ac.id   

PERBANDINGAN SEBARAN TINGKAT LONGSOR MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC DAN SKORING (STUDI KASUS: KABUPATEN TANGGAMUS, PROVINSI LAMPUNG)


Kabupaten Tanggamus yang terletak di Provinsi Lampung merupakan salah satu wilayah yang memiliki tingkat bencana tanah longsor yang tinggi. Hal ini dikarenakan sekitar 40 persen dari seluruh wilayahnya berupa perbukitan hingga pegunungan dengan ketinggian 0 – 2.115 mdpl. Sejarah kejadian tanah longsor di Tanggamus kerap terjadi pada saat musim hujan. Oleh sebab itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sebaran tingkat bencana tanah longsor yang dapat digunakan sebagai upaya mitigasi dan peringatan dini agar mengurangi risiko dan kerugian yang ditimbulkan. Parameter yang digunakan untuk penentuan tingkat longsor pada penelitian ini berupa curah hujan, jenis tanah, jenis batuan, kemiringan lereng, dan tutupan lahan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua metode sebagai perbandingan, yaitu metode skoring dan fuzzy logic. Pada metode skoring format data yang digunakan adalah vektor sementara pada metode fuzzy logic menggunakan data raster. Hasil sebaran tingkat longsor menggunakan metode skoring dan fuzzy logic memiliki perbedaan. Pada metode skoring potensi dengan tingkat sangat tinggi tersebar hampir di seluruh kecamatan, kecuali Gunung Alip dan Talang Padang. Sedangkan pada metode fuzzy logic hanya berada di kecamatan Pulau Panggung dan Ulu Belu. Longsor pada metode skoring didominasi oleh tingkat rendah dengan total 51,55% atau 145.855,90 hektar. Sementara pada metode fuzzy logic didominasi oleh tingkat tinggi yang meliputi 51,11% atau 144.109,80 hektar. Kawasan pemukiman yang memiliki tingkat longsor pada metode skoring tersebar di 11 kecamatan dengan luas meliputi 30,36 hektar. Sedangkan pada fuzzy logic tersebar di 19 kecamatan dengan total luas mencapai 154,73 hektar. Kata Kunci : Bencana alam, tanah longsor, Kabupaten Tanggamus, skoring, fuzzy logic.

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2310190003

Keyword