(0721) 8030188    pusat@itera.ac.id   

Analisis Bahaya dan Sebaran Material Erupsi Gunungapi dengan Metode Evaluasi Multi Kriteria Spasial dan Petrologi pada Kawasan Gunung Anak Krakatau


Subduksi lempeng Indo-Australia dan lempeng Eurasia memicu pergerakan tektonik menghasilkan aktivitas subdukasi pembentuk gunungapi. Gunung Anak Krakatau menjadi salah satu bagian yang terbentuk dari hasil aktivitas subduksi dan muncul pada tahun 1927. Pada 24 april 2022 Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menetapkan level aktivitas Gunung Anak Krakatau berada pada level III (siaga) akibat erupsi yang semakin rutin terjadi. Penelitian tentang analisis bahaya perlu dilakukan untuk mengurangi potensi bahaya gunungapi. Tujuan penelitian ini yaitu memetakan zona bahaya erupsi, menentukan mekanisme serta perubahan erupsi Gunung Anak Krakatau. Metode yang digunakan adalah evaluasi multi kriteria spasial untuk menentukan zona landaan dan lontaran erupsi. Selain itu, dilakukan analisis tefra stratigrafi, petrologi, dan petrografi untuk menentukan produk vulkanik pada Gunung Anak Krakatau. Hasil penelitian menunjukkan analisis tefra stratigrafi menghasilkan data perlapisan. Didapati sampel A adalah aliran lava, sampel B hingga E adalah produk piroklastik jatuhan, dan sampel F1 dan F2 ialah material tefra berukuran blok. Analisis petrografi digunakan sebagai penentuan nama litologi menggunakan klasifikasi Travis (1995), didapati litologi Andesit pada sampel A, sampel F1 dan F2. Pada peta bahaya zona landaan diperoleh dengan radius 2 km dari titik erupsi, masuk dalam kelas tinggi pada zona bahaya III. Zona lontaran mengarah ke Pulau Sertung, Pulau Rakata, dan Pulau Panjang, dengan radius 5 km pada zona bahaya II, dan dengan radius 8 km pada zona bahaya I. Korelasi data menunjukkan bahwa peta bahaya mengindikasi zona lontaran dicirikan dengan keterdapatan produk eksplosif berupa material piroklastik jatuhan dan material blok dengan jenis Andesit. Pada zona landaan dicirikan dengan keterdapatan produk efusif dengan jenis lava Aa berjenis Andesit. Pada zona bahaya didapati perbedaan pada nilai pembobotan tahun 2007 dan 2021 akibat dari erupsi besar yang terjadi tahun 2018. Kesimpulan didapati bahwa zona bahaya erupsi berada pada radius 2 km dan 5 km sebagai zona bahaya yang beresiko terpapar landaan dan lontaran produk erupsi. Mekanisme pengendapan dimulai dari terbentuknya poduk aliran lava dengan jenis Andesit yang hadir pada bagian dasar dari perlapisan, jika dikaitkan pada peta bahaya mengacu pada zona landaan. Disusul oleh material tefra hasil akumulasi piroklastik jatuhan dengan diperoleh jenis material blok pada bagian atas dengan komposisi Andesit jika dikaitkan pada peta bahaya mengacu pada zona lontaran. Perubahan pada lapisan A terakumulasi sejak tahun 1997. Dilanjut bagian paling atas terakhir pada lapisan F1, dan F2 berupa tefra berukuran blok dengan jenis material andesit sebagai produk vulkanik pasca erupsi 2018. Kata kunci: gunungapi, erupsi, lontaran, landaan, vulkanik.

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2308210003

Keyword