(0721) 8030188    pusat@itera.ac.id   

Analisis Perbandingan Kriteria MABIMS 238, 364, dan Kriteria Wujudul Hilal Muhammadiyah Untuk Konstruksi Kalender Hijriah Pada Tahun 2020 - 2050 Masehi


Di Indonesia terdapat beragam kriteria yang digunakan sebagai acuan dalam penetapan awal bulan hijriah, khususnya terkait pelaksanaan ibadah umat muslim seperti penentuan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Sejak tahun 1991 hingga tahun 2021 pemerintah menggunakan Kriteria MABIMS 238, yang selanjutnya menggunakan Kriteria MABIMS 364 yang baru digunakan pada tahun 2022. Selain itu, Muhammadiyah menggunakan Kriteria Wujudul Hilal dalam penetapan awal bulan hijriah. Penelitian ini bertujuan untuk membuat konstruksi kalender untuk mengetahui kapan saja perbedaan awal bulan antara ketiga kriteria serta dengan menganalisis parameter umur bulan terhadap tinggi hilal dan elongasi dari tahun 2020 – 2050 M. Perhitungan ketinggian hilal dan nilai elongasi dihitung dengan menggunakan Algoritma Jean Meeus. Hasil konstruksi Kalender Hijriah dari tahun 2020 – 2050 M menunjukan bahwa terdapat awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah yang terjadi sebanyak 2 kali dalam 1 tahun masehi, yaitu pada tahun 2030, 2033, dan 2038. Sedangkan perbedaan dalam penetapan awal bulan secara signifikan terjadi antara Kriteria MABIMS 364 dan Kriteria Wujudul Hilal terutama dalam penentuan awal bulan Ramadhan yang terjadi sebanyak 4 kali, awal bulan Syawal yang terjadi sebanyak 7 kali, dan awal bulan Dzulhijjah yang terjadi sebanyak 8 kali dari tahun 2020 – 2050 M. Hubungan antara parameter umur bulan terhadap tinggi hilal dan elongasi dapat menjelaskan beragam variasi hilal yang berdampak pada pengamatan hilal khususnya pada awal bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah. Umur bulan di atas 8 jam memiliki rentang tinggi bulan 3̊ - 10̊ dan rentang elongasi 5̊ - 10̊ yang berimplikasi terhadap besarnya kemungkinan untuk terlihatnya hilal.

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2308200006

Keyword