(0721) 8030188    pusat@itera.ac.id   

IDENTIFIKASI KEKERINGAN LAHAN GAMBUT MENGGUNAKAN METODE TVDI SERTA KORELASINYA TERHADAP KONDISI HIDROLOGI DAN HOTSPOT (STUDI KASUS: PROVINSI RIAU)


Kekeringan merupakan kondisi dimana berkurangnya ketersediaan air suatu wilayah atau lahan sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhannya. Pada lahan gambut kekeringan dapat dilihat melalui kondisi hidrologinya seperti tinggi muka air. Berkurangnya intensitas curah hujan sangat berpengaruh terhadap kondisi hidrologi gambut dimana tinggi muka air akan berkurang sehingga gambut menjadi kering dan sangat rentan terjadinya kebakaran. Sistem Pemantauan Air Lahan Gambut (SIPALAGA) merupakan stasiun perekaman yang ada di Provinsi Riau dan dapat dimanfaatkan dalam pengamatan kondisi hidrologi serta peringatan dini kekeringan yang terjadi pada lahan gambut. Penelitian ini dilakukan di lahan gambut Provinsi Riau dengan menggunakan data citra satelit Landsat 8 surface reflectance dengan rentang pengamatan Januari 2018 sampai dengan Desember 2020. Menggunakan teknik penginderaan jauh metode Temperature Vegetation Dryness Index (TVDI). Hasil dari metode ini dibentuk berdasarkan hubungan empiris dari kombinasi band spektral dalam hal ini adalah Normalized Difference Vegetation Index (NDVI) dan Land Surface Temperature (LST). Hasil dari pengolahan TVDI menghasilkan 5 kelas klasifikasi tingkat kekeringan. Uji korelasi dilakukan berdasarkan hasil pengolahan TVDI dengan data perekaman SIPALAGA serta sebaran titik Hotspot untuk mengetahui seberapa kuat hubungan antar setiap variabel. Hasil dari penelitian ini diperoleh pada tahun 2018 lahan gambut Provinsi Riau mengalami kekeringan dengan total luas 157.913,91 hektare. Kemudian pada tahun 2019 kekeringan mengalami peningkatan dengan total seluas 272.116,20 hektare dan pada tahun 2020 kekeringan mengalami penurunan menjadi seluas 103.571,11 hektare. Kekeringan tahun 2019 merupakan tertinggi dibandingkan dengan tahun lainnya hal ini disebabkan rendahnya rata-rata curah yang mempengaruhi TMA. Analisis korelasi didapatkan hubungan korelasi yang negatif antara kekeringan dan parameter hidrologi gambut. Adapun parameter yang berkorelasi paling kuat dengan kekeringan yaitu TMA dengan tingkat korelasi sangat kuat dengan nilai korelasi sebesar -0,852 yang berarti semakin menurunnya TMA maka tingkat kekeringan akan semakin tinggi begitupun sebaliknya. Adap pengaruh yang diberikan TMA terhadap kekeringan sebesar 72,5 % sisanya dipengaruhi oleh faktor lain selain TMA. Sedangkan terhadap hotspot, kekeringan mempunyai tingkat korelasi yang sedang dengan perolehan nilai korelasi sebesar +0,453. Berdasarkan nilai korelasi yang diperoleh memberikan arti bahwa semakin tinggi tingkat kekeringan maka semakin tinggi jumlah hotspot. Adapun pengaruh yang diberikan kekeringan terhadap hotspot sebesar 20,5

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2301190046

Keyword