(0721) 8030188    pusat@itera.ac.id   

ANALISIS PEMICU GELOMBANG AIR LAUT MENGGUNAKAN K-MEANS CLUSTERING, STUDI KASUS PESISIR PROVINSI LAMPUNG


ABSTRAK Analisis Pemicu Gelombang Air laut menggunakan metode K-means Clustering, Studi Kasus Pesisir Provinsi Lampung Rahmat Fitriadi Panjang garis pantai Provinsi Lampung ± 1.105 km membentuk 4 (empat) wilayah pesisir, yaitu Pantai Barat, Teluk Semaka, Teluk Lampung dan Selat Sunda serta Pantai Timur. Gelombang air laut yang dapat mengakibatkan kerugian materil dan kehilangan nyawa harus diwaspadai. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mempunyai catatan pergerakan cuaca dan ombak di Provinsi Lampung. Data tersebut bersifat acak dan belum memiliki klasterisasi. K-Means merupakan teknik clustering yang tepat diaplikasikan ketika klasterisasi belum diketahui. Hasil pemodelan dari K-Means dapat menjadi acuan oleh pemangku kepentingan maupun pihak yang membutuhkan terkait faktor pemicu gelombang air laut. Penelitian ini menggunakan Teknik Analisis Elbow dan Silhouttee untuk menentukan jumlah kluster. Jumlah kluster yang didapatkan menjadi parameter untuk melakukan clustering. Fitur Kecepatan Angin Maksimum dan Tinggi Gelombang Air Laut (Tide_m) yang dianalisis menggunakan Teknik Elbow menunjukkan nilai dua kluster. Jumlah kluster tersebut didukung oleh Skor Silhouttee sebesar 0.567. K-Means Clustering memodelkan fitur kecepatan angin maksimum dan tinggi gelombang air laut (Tide_m) kedalam dua kelompok kluster, yaitu Angin Durasi Sebentar berada pada (0.96370954, 8.78423237) dan Angin Durasi Lama pada (0.95399187, 14.43089431). Durasi angin mempengaruhi tinggi gelombang dimana gelombang Air Laut (Tide_m) yang disertai durasi angin yang cukup meskipun memiliki Kecepatan Angin Maksimum rendah akan menghasilkan gelombang yang tinggi. Kata Kunci: Clustering, Elbow, K-Means, , Gelombang Air Laut, Silhouttee

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2301180127

Keyword