(0721) 8030188    pusat@itera.ac.id   

Analisis Land Subsidence Sumatera Menggunakan Data SuGAr dan Ina-CORS Tahun 2010-2022


Penurunan muka tanah (Land Subsidence) pada umumnya terjadi pada kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, dan Bekasi. Penurunan muka tanah diakibatkan oleh banyak hal seperti pembebanan di atas permukaan, eksploitasi air tanah yang berlebihan, gempa yang merusak struktur tanah dan sebagainya. Tidak hanya di Pulau Jawa, Sumatera sebagai salah satu pulau besar di Indonesia juga berpotensi mengalami penurunan muka tanah dengan beberapa faktor penyebabnya.Penurunan muka tanah dapat dikaji dengan beberapa metode diantaranya survei GNSS, InSAR, survei sipat datar, dan survei gaya berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar nilai penurunan muka tanah kumulatif dan rata-rata pertahun di Pulau Sumatera tahun 2010 – 2022 menggunakan metode Survei GNSS memanfaatkan data dari stasiun SuGAR dan InaCORS. Data tersebut kemudian diolah menggunakan layanan online AUSPOS. Hasil dari penelitian ini adalah Pulau Sumatera mengalami penurunan muka tanah yang cukup signifikan. Penurunan muka tanah kumulatif paling tinggi berdasarkan stasiun SuGAr berada pada titik SLBU sebesar 38,500 cm. Penurunan muka tanah rata-rata paling tinggi berada pada titik HNKO sebesar 3,314 cm/tahun. Penurunan muka tanah kumulatif tiga tahun terakhir paling tinggi berada di titik HNKO 17,800 cm. Berdasarkan stasiun InaCORS penurunan muka tanah kumulatif, rata-rata pertahun, dan kumulatif tiga tahun terakhir paling tinggi berada pada titik SAMP dengan nilai penurunan kumulatif sebesar 15,900 cm, penurunan muka tanah rata-rata 3,975 cm/tahun, dan penurunan muka tanah kumulatif tiga tahun terakhir sebesar 13,300 cm. Laju penurunan muka tanah stasiun SuGAr adalah 0,287 – 3,314 cm/tahun dan laju penurunan muka tanah stasiun InaCORS adalah 0,150 – 3,975 cm/tahun.

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2301100003

Keyword