(0721) 8030188    pusat@itera.ac.id   

Model Preferensi Dan Jejaring Sosial Masyarakat Bermukim Di Kawasan Rawan Bencana Rob Dan Tsunami (Studi Kasus: Pesisir Bandarlampung, Kecamatan Teluk Betung Timur)


Pesatnya pertumbuhan penduduk pada kawasan perkotaan menimbulkan masyarakat melakukan aktivitas pada ruang spasial yang masih tersedia seperti kawasan pesisir yang fungsi utamanya sebagai pengelolaan ekosistem. Namun fungsi ini kerap berubah untuk permukiman dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Kawasan pesisir memiliki nilai fungsi strategis tetapi rentan akan perubahan iklim dan bencana. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi permukiman informal perkotaan di kawasan rawan bencana rob dan tsunami yang berada di Pesisir Kota Bandar Lampung tepatnya Kecamatan Teluk Betung Timur. dengan memahami faktor, alur dan sejarah masyarakat untuk tinggal di kawasan yang rawan akan bencana ini diharapkan dapat diperoleh dasar untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan masyarakat yang tinggal disana. Empat metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari Analisis deskriptif kuantitatif, Structural Equation Model (SEM), Social Network Analysis (SNA) dan analisis deskriptif kualitatif dengan teori complexity. Perkembangan sistem perumahan di Kecamatan Teluk Betung Timur. Berdasarkan kepemilikan lahan didominasi dengan illegal atau informal dengan bangunan perumahan tidak layak karena tidak memenuhi persyaratan keselamatan bangunan, keselamatan bangunan dan kesehatan penghuni. faktor bermukim menggunakan teori doxiadis dengan hasil faktor utama masyarakat tetap bermukim adalah faktor manusia dengan sub variabel kebutuhan biologis dimana tempat bekerja mereka dekat dengan rumah. Di setiap Kelurahan terdapat komunitas yang diikuti oleh masyarakat dan ditemukan aktor aktor sentral yang dapat menjadi penyalur informasi yang juga bergabung dengan komunitas. Kata Kunci: Permukiman Informal, Rumah Tidak Layak Huni, Kawasan Rawan Bencana, Doxiadis, Complexity Pesatnya pertumbuhan penduduk pada kawasan perkotaan menimbulkan masyarakat melakukan aktivitas pada ruang spasial yang masih tersedia seperti kawasan pesisir yang fungsi utamanya sebagai pengelolaan ekosistem. Namun fungsi ini kerap berubah untuk permukiman dengan kepadatan penduduk yang tinggi. Kawasan pesisir memiliki nilai fungsi strategis tetapi rentan akan perubahan iklim dan bencana. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi permukiman informal perkotaan di kawasan rawan bencana rob dan tsunami yang berada di Pesisir Kota Bandar Lampung tepatnya Kecamatan Teluk Betung Timur. dengan memahami faktor, alur dan sejarah masyarakat untuk tinggal di kawasan yang rawan akan bencana ini diharapkan dapat diperoleh dasar untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan masyarakat yang tinggal disana. Empat metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari Analisis deskriptif kuantitatif, Structural Equation Model (SEM), Social Network Analysis (SNA) dan analisis deskriptif kualitatif dengan teori complexity. Perkembangan sistem perumahan di Kecamatan Teluk Betung Timur. Berdasarkan kepemilikan lahan didominasi dengan illegal atau informal dengan bangunan perumahan tidak layak karena tidak memenuhi persyaratan keselamatan bangunan, keselamatan bangunan dan kesehatan penghuni. faktor bermukim menggunakan teori doxiadis dengan hasil faktor utama masyarakat tetap bermukim adalah faktor manusia dengan sub variabel kebutuhan biologis dimana tempat bekerja mereka dekat dengan rumah. Di setiap Kelurahan terdapat komunitas yang diikuti oleh masyarakat dan ditemukan aktor aktor sentral yang dapat menjadi penyalur informasi yang juga bergabung dengan komunitas. Kata Kunci: Permukiman Informal, Rumah Tidak Layak Huni, Kawasan Rawan Bencana, Doxiadis, Complexity

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2206060034

Keyword