(0721) 8030188    pusat@itera.ac.id   

PENGARUH FRAKSI MASSA AIR PADA CAMPURAN TANAH LIAT DAN KECEPATAN FEEDING TERHADAP KUALITAS HASIL CETAK PRINTER 3D KERAMIK DENGAN SISTEM FEEDING BERTEKANAN


Tanah liat merupakan komoditas yang dapat ditemukan dengan mudah di Indonesia. Pada umumnya tanah liat banyak dimanfaatkan sebagai pembuatan keramik. Di era revolusi industri sekarang ini, diperlukan sebuah inovasi untuk mendorong perbaikan-perbaikan kualitas barang yang lebih baik dalam pembentukan produk berbahan tanah liat. Penerapan teknologi printer 3D pada sektor industri keramik akan meningkatkan efisiensi pembuatan produk dibanding dengan menggunakan metode konvensional biasa. Dalam penerapannya, pengguanan printer 3D untuk pencetakan keramik masih belum banyak dikembangkan. Diperlukan penelitian untuk mengetahui karakteristik dalam mendukung proses-prosesnya. Pada tugas akhir ini, dilakukan penelitian untuk memperoleh parameter optimum kecepatan feeding, tekanan dan fraksi massa tanah liat serta mengetahui pengaruh penggunaan jumlah perimeter dan besar nosel pencetakan pada kesetabilan dimensi porositas, dan sifat mekanik. Tanah liat yang digunakan berjenis stoneware. Hasil penelitian menunjukan bahwa pencatakan tanah dangan fraksi massa 32.5% air menggunakan tekanan 35 psi dan kecepatan print 1000 mm/menit merupakan parameter terbaik. Kecepatan lebih tinggi (dan rendah) menyebabkan dimensi sampel lebih kecil (dan besar) dari dimensi yang diinginkan. Threshold tekanan didapat sebesar 20 psi pada fraksi massa air 32,5%. Kurang dari tekanan ini tanah liat tidak dapat diekstrusi. Tekanan 35 psi menghasilkan pencetakan yang stabil sementara tekanan lebih dari 35 psi dibatasi oleh tekanan maksimum bisa ditanggung alat feeding. Temperatur sintering 900 oC mempunyai kekuatan tekan 4 kali lebih besar dibandingkan sampel dengan 500 oC. Sampel dengan temperatur sintering 900 oC (dan 500 oC) mempunyai kekuatan tekan sebesar 14 MPa (dan 4 MPa). Terjadi penyusutan yang lebih banyak pada sampel di cetak dengan nosel 4 mm dibanding dengan nosel 2 mm. Terjadi perbedaan porositas yang kecil pada hasil pengujian, nilai porositas berada di antara 27,96% hingga 29,24%. Kekuatan dan elongasi sampel dengan nosel 2 mm lebih tinggi daripada dengan nosel 4 mm, sedangkan modulus menunjukkan hasil sebaliknya.

URI
https://repo.itera.ac.id/depan/submission/SB2108180019

Keyword